Manajemen
Laba
Schipper
dalam Widodo Lo (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi atau
campur tangan dengan maksud tertentu terhadap proses penyusunan pelaporan
keuangan eksternal dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Definisi tersebut mengartikan bahwa manajemen laba merupakan perilaku
oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitas mereka. Manajer melakukan
manajemen laba dengan memilih metode atau kebijakan akuntansi tertentu untuk
menaikkan laba atau menurunkan laba. Manajer dapat menaikkan laba dengan
menggeser laba periode-periode yang akan datang ke periode kini dan manajer
dapat menurunkan laba dengan menggeser laba periode kini ke periode-periode
berikutnya.
Menurut Davidson, Stickney dan
Weil dalam Sulistyanto (2008), manajemen laba merupakan proses untuk mengambil
langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi yang
diterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang
dilaporkan.
National Association of Certified
Fraud Examimers dalam Sulistyanto (2008), mendefinisikan manajemen laba sebagai
kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta
material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu
dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang
membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya
Fisher dan Rosenzweig dalam
Sulistyant (2008), menyebutkan bahwa manajemen laba adalah tindakan-tindakan
manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah
perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan
ekonomi perusahaan jangka panjang.
Lewitt dalam Sulistyanto (2008),
menyatakan bahwa manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk
menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik
memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya.
Itu semua dilakukan untuk menutupi konsekuensi dari keputusan- keputusan
manajer.
Model
Empiris Manajemen Laba
Sulistyanto (2008) menyebutkan
secara umum terdapat tiga kelompok model empiris manajemen laba yang
diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang digunakan yaitu model yang
berbasis akrual agregat (aggregate accruals), akrual khusus (specific accruals)
dan distribusi laba (distribution of earnings).
1. Model berbasis akrual agregat (aggregate
accruals)
Merupakan model yang
digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa dengan menggunakan discretionary
accruals sebagai proksi manajemen laba. Model ini pertama kali dikembangkan
oleh Healy, DeAngelo dan Jones. Selanjutnya Dechow, Sloan dan Sweeney
mengembangkan model Jones menjadi model yang dimodifikasi (modified Jones
Model). Model ini menggunakan total akrual dan model regresi untuk menghitung
akrual yang diharapkan (expected accruals)
dan akrual yang tidak diharapkan (unexpected accruals).
Model Jones menggunakan
sisa regresi total akrual dari perubahan penjualan dan property, plant and
equipment sebagai proksi manajemen laba.. Model Healy merupakan model yang
relatif sederhana karena menggunakan total akrual (total accruals) sebagai
proksi manajemen laba. Total akrual disini merupakan penjumlahan discretionary
accruals dan nondiscretionary accruals. Discretionary accruals merupakan
komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan
(discretion) manajerial, sementara undiscretionary accruals merupakan komponen
akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajer
perusahaan.
Model Angelo
dikembangkan dengan menggunakan perubahan dalam total akrual (change in total
accruals) sebagai proksi manajemen laba. Model Jones dimodifikasi (Modified
Jones Model) menggunakan sisa regresi total akrual dari perubahan penjualan dan
property, plant and equipment, dimana pendapatan disesuaikan dengan perubahan
piutang yang terjadi pada periode bersangkutan.
2. Model akrual khusus (specific accruals)
Yaitu pendekatan yang
menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau
komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu. Misalnya piutang tak
tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari
industri asuransi.
Model ini dikembangkan
oleh McNichols dan Wilson, Petroni, Beaver dan Engel, Beaver dan McNichols.
McNichols dan Wilson mengembangka model yang menggunakan sisa provisi untuk
piutang tak tertagih, yang diestimasi sebagai sisa regresi provisi untuk
piutang tak tertagih pada saldo awal, serta penghapusan piutang periode
berjalan dan periode yang akan datang sebagai proksi manajemen laba. Petroni
menggunakan klaim terhadap estimasi cadanga kesalahan yang diukur selama lima
tahun perkembangan cadangan kerugian penjaminan kerusakan property sebagai
proksi manajemen laba.
Model Beaver dan Engel
menggunakan biaya yang tersisa dari kerugian pinjaman, yang diestimasi sebagai
sisa regresi biaya dari kerugian pinjaman pada charge-of bersih, pinjaman yang beredar, aktiva yang
tidak bermanfaat dan melebihi satu tahun perubahan aktiva tidak bermanfaat
sebagai proksi manajemen laba.
Sementara Beneish
mengembangkan model yang menggunakan hari-hari dalam indeks piutang, indeks
laba kotor (gross margin), indeks kualitas aktiva, indeks depresiasi, indeks
biaya administrasi umum dan penjualan, indeks total akrual terhadap total
aktiva sebagai proksi manajemen laba. Model
Beaver dan McNichols menggunakan korelasi serial dari satu tahun
perkembangan cadangan kerugian penjaminan kerusakan property sebagai proksi
manajemen laba.
3. Model distribusi laba (distribution of
earnings).
Pendekatan ini
dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap
komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan laba. Model ini terfokus pada pergerakan laba disekitar benchmack
yang dipakai, misalkan laba kuartal sebelumnya. Untuk menguji apakah incidence
jumlah yang berada di atas maupun di bawah bencmark telah didistribusikan
secara merata atau merefleksikan ketidak berlanjutan kewajiban untuk
menjalankan kebijakan yang telah dibuat.
Model ini dikembangkan
oleh Burgtahler dan Dichev, Degeorge, Patel dan Zeckhauser serta Myers dan
Skinners. Model Burgtahler dan Dichev merupakan model yang menguji apakah
frekuensi realisasi laba tahunan yang merupakan bagian atas (bawah) laba yang
besarnya nol dan laba akhir tahun adalah lebih besar (kecil) daripada yang
diharapkan untuk mendeteksi manajemen laba.
Degeorge, Patel dan
Zeckhauser mengembangkan model yang menguji apakah frekuensi realisasi laba
kuartalan yang merupakan bagian atas (bawah) laba yang besarnya nol, laba akhir
kuartal dan forecast investor adalah lebih besar (kecil) daripada yang
diharapkan untuk mendeteksi manajeman laba.
Model Myers dan
Skinners merupakan model yang menguji apakah angka-angka laba meningkat yang
berurutan adalah lebih besar dibandingkan angka-angka jika tanpa manajemen laba
untuk mendeteksi manajemen laba.
Sumber:
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan
Model Empiris. PT. Grasindo. Jakarta.
Widodo Lo, Eko. 2005. Penjelasan Teori Prospek
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen. Vol. XVI. No. 1. April. STIE YKPN. Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar