KERANGKA
KONSEPTUAL FASB
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework)
didefinisikan oleh FASB sebagai :
“a coherent system of interrelated
objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent standards
and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting
and reporting”.
Kerangka kerja konseptual
(conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan
konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan
pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah
konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada
pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental,
artinya bahwa konsep-konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut
yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan,
dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.
Kerangka kerja konseptual akan
meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan
keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan. Masalah-masalah
yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori
yang telah ada
Perkembangan Kerangka Kerja
Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam
statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan entitas bisnis, yaitu:
SFAC no. 1 “objective of financial reporting by
business enterprises”, yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting
information”, yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi
bermanfaat.
SFAC no. 3 “element of financial statement of
business enterprises”, yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat
dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial
statement of business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang
menggantikan SFAC no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan
organisasi-organisasi nirlaba.
SFAC no. 7 “using cash flow information and present
value in accounting measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian
arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai
dasar pengukuran
http://image.slidesharecdn.com/materi-teorii-akuntansi-140915152030-phpapp02/95/teori-akuntansi-60-638.jpg?cb=1410794554 |
TINGKAT PERTAMA:
TUJUAN DASAR
Tujuan pelaporan keuangan
(objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan informasi:
1.
Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman
memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi
serta kredit;
2.
Untuk membantu investor yang ada dan potensial,
kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah,
waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;
3.
Tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap
sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
Tujuan(objectives) dimulai dengan
lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para investor dan
kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit pada kepentingan
investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi mereka dalam,
atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada akhirnya,
tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna
untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas
yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai
kegunaan keputusan (decision usefulness).
Dalam menyediakan informasi kepada
pemakai laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan
bertujuan-umum(general-purpose financial statement), yaitu menyediakan
informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok
pemakai
TINGKAT KEDUA
: KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam pengambilan
keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus memiliki dua
kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat
beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
A.
Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan
(reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.
1.
Relevansi.
Agar relevan informasi akuntansi harus
mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu
mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang
akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan.
Informasi yang relevan harus memiliki
nilai umpan balik (feed-back value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan
mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif
(predictive value) yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan
terjadi di masa yang akan datang.Selain itu kualitas relevan juga harus
mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi harus disajikan kepada
para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan.
2.
Keandalan.
Informasi dianggap andal jika dapat
diverifikasi, netral, disajikan secara
tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat
diperlukan bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau
keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Realibilitas sangat
diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
mengevaluasi isi faktual dari informasi.
·
Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika
pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama,
mendapatkan hasil yang serupa.
·
Ketepatan penyajian (representational
faithfulness): angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa
yang benar-benar ada dan terjadi.
·
Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat
dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Info yang disajikan
harus faktual, benar dan tidak bias.
3.
Keberdayaujian (verifiability).
Informasi harus dapat diuji kebenarannya.
Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan
konsensus. Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji
berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi
keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan
konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu,
dan taksiran umur ekonomis.
4.
Kenetralan (neutrality).
Informasi akuntansi dimaksudkan untuk
memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari
usaha-usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.
5.
Kejujuran penyajian (representational
faithfulness).
Penyajian yang jujur berarti adanya
kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.
B.
Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki
informasi akuntansi adalah keberdayabandingan
(comparability) dan konsistensi (consistency).
1.
Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat
jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain
dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan
yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan
standar dan ukuran tertentu.
2.
Konsistensi.
Sebuah entitas dikatakan
konsisten dalam menggunakan standar akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode
akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
Kendala-Kendala.
Terdapat dua
kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah
dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua
kendala lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan
pelaporan adalah praktek industri dan konservatisme.
1.
Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness).
Untuk menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten
dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah
diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah
2.
Materialitas (materiality) berhubungan dengan
dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item
tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan.
Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam
menentukan apakan suatu item material atau tidak.
3.
Praktik industri.(industry practices) Sifat unik
dari sejumlah industri dan perusahaan
terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
4.
Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu,
maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya dalam menghasilkan
penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan dari konvensi ini, jika
diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling rasional
dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih
yang terlalu tinggi.
Elemen-elemen Laporan Keuangan.
SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan
keuangan. Cakupannya bukan hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga
organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan keuangan bagi organisasi yang
berorientasi laba meliputi 10 macam,
yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi
kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
TINGKAT KETIGA
: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Tingkat ketiga kerangka konseptual
terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar
dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana
unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh
sistem akuntansi.
Asumsi-Asumsi Dasar.
Asumsi-asumsi
menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar
akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar
akuntansi dapat dipraktikkan.
A.
Asumsi entitas ekonomi (economic entity
assumption). Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri
sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik,
kreditor, karyawan, dan lainnya).
B.
Kesinambungan (going concern). Sebagian besar
metode akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan
bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa,
meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki
kelangsungan hidup yang panjang
C.
Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption).
Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau
aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke
waktu.
D.
Asumsi periodisitas (periodicity assumption).
Cara yang paling akurat untuk mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan
mengukurnya pada saat perusahaan tersebut di likuidasi. Namun, pengambil
keputusan tidak bisa menunggu selama itu untuk menerima informasi semacam itu.
Asumsi periodisitas (periodicity assumption) atau periode waktu menyiratkan
bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan dalam periode waktu
artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu secara
bulanan, kuartalan dan tahunan
Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi
A.
Biaya historis (historical cost). GAAP
mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan
berdasarkan harga akuisisi. Kos(cost) memiliki keunggulan yang penting
dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat diandalkan.
B.
Pengakuan pendapatan. Pendapatan umumnya diakui
jika (1) telah direalisasi atau dapat direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.
C.
Prinsip Penandingan (matching principle). Beban
untuk suatu periode ditentukan dengan mengaitkannya dengan pendapatan
tertentu atau dengan periode tertentu.. Beban diakui :
·
Jika terdapat hubungan langsung atau sebab
akibat dengan penjualan produk atau penyerahan jasa,
·
Pada periode terjadinya, yakni pada saat kas
dikeluarkan jika tidak terdapat hub. Langsung atau sebab akibat dengan
penjualan produk atau jasa,
·
Dengan alokasi yang sistematis dan rasional,
jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi. Contoh: depresiasi.
D.
Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure
principle). Mengakui sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan mencerminkan trade off penilaian, seperti :
·
Hal-hal yang harus diungkapkan karena
mempengaruhi keputusan pemakai
·
Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar
informasi dapat dipahami.
Catatan atas laporan keuangan
umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan
dalam bagian utama laporan keuangan.
Istilah
Baru Laporan Keuangan
Sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 revisi 2009, laporan keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
(a) aset (istilah sebelumnya aktiva) ;
(b) liabilitas (istilah sebelumnya kewajiban) ;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian;
(e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan
(f) arus kas.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang
terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya
kas dan setara kas.
Laporan
keuangan yang lengkap terdiri atas :
(a) laporan posisi keuangan (istilah sebelumnya
neraca) pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi komprehensif (istilah
sebelumnya laporan laba rugi) selama
periode
(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) laporan arus kas selama periode;
(e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan
kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan
(f) laporan posisi keuangan pada awal periode
komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan,
atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Entitas
diperkenankan menggunakan judul laporan selain
yang digunakan dalam Pernyataan ini.
Sumber:
https://dindaituchdindhoet.wordpress.com/2010/10/19/kerangka-konseptual-fasb/
0 komentar:
Posting Komentar