Sejarah
Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau
pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor,
otoritas, dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya
keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi
merupakan seni dalam mengukur, berkomunikasi, dan menginterpretasikan ativitas
keuangan.
Dalam versi bahasa inggris, accountancy is the
process of identifying, measuring, and communicating economic information to
permit informed judgments and decisions by users of the information.
Secara luas, akuntansi sering disebut bahasa dunia
usaha atau the language of business. Perubahan di dalam masyarakat kita karena
pertambahan kegiatan akan disambungkan dengan “bahasa” ini yang dilaksanakan
berupa pencatatan dan menginterpretasikan data dasar ekonomi baik untuk
perorangan, perusahaan, pemerintah, dan badan-badan lainnya. Pada dasarnya
bahasa memiliki fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang,
yaitu sebagai alat untuk mengekspresikan diri, alat untuk berkomunikasi, alat
untuk mengadakan integrasi, dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau
situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial. Tapi
fokuskan dalam pembahasan accountancy as the language of business.
Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan
dunia usaha. Pada abad ke-14, para pedagang dari Genoa mulai mengadakan
pencatatan secara sederhana. Dengan terbitnya buku yang berjudul Summa de
Arithmatica, Pro Portioni et Proportionalita, yang disusun oleh Luca Pacioli
pada tahun 1494, pembukuan mulai dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
sistem berpasangan.
Sistem pembukuan berpasangan ini berkembang di
Eropa khususnya di Belanda yang lebih dikenal dengan sistem kontinental. Kemudian
pada abad ke-19, teori dan praktek pembukuan berpasangan di kembangkan di
Amerika Serikat menjadi Akuntansi (Accounting). Sistem akuntansi yang
berkembang di Amerika Serikat ini dikenal dengan Anglo-Saxon.
Di Indonesia, perkembangan akuntansi mulai tampak
setelah undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan tahun 1870 sehingga kaum
pengusaha swasta Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan
modalnya. Akuntansi yang dipakai saat itu adalah sistem kontinental sehingga
kebutuhan dunia usaha terhadap akuntansi tumbuh.
Pada saat Belanda meninggalkan Indonesia dan
diganti oleh Jepang, tenaga akuntansi mengalami kekosongan. Atas pakar Mr.
Slamet, didirikan kursus-kursus akuntansi yang merupakan cikal bakal tenaga
akuntan di Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka dan mendapat pengakuan
dari Belanda, mulailah putra-puti Indonesia dikirim ke luar negeri (Amerika
Serikat) untuk memperdalam ilmu akuntansi. Pada tahun 1952 dibuka Jurusan
Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang kemudian diikuti oleh
perguruan tinggi negeri lain. Mulai tahun 1952 itulah akuntansi sistem
kontinental bergeser ke sistem anglo-saxon.
Untuk mengembangkan akuntansi, pada tahun 1957
berdiri organisasi Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Namun, baru tahun 1967 saat
dibukanya penanam modal asing, akuntansi di Indonesia berkembang pesat. Jasa
besar IAI adalah penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1996 sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan perusahaan di Indonesia.
Dan perkembangan terbaru bahwa IAI sebagai regulator
dan pembuat standar akuntansi keuangan di Indonesia , telah menyelesaikan lebih
dari 90 persen adaptasi International Financial Reporting Standard yang berlaku
secara global diseluruh dunia.
Sumber:
Sucipto, Toto. Moelyadi dan Sumardi. Akuntansi : Siklus Perusahaan Jasa dan
Perusahaan Dagang Untuk SMK Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
Sudarsono, Dharma Tintri Ediraras. Pengantar Akuntansi I. Jakarta:
Gunadarma.